Sejarah Ikan Pesut Mahakam
Pada jaman dahulu kala di rantau Mahakam, terdapat sebuah
dusun yang didiami oleh beberapa keluarga. Mata pencaharian mereka
kebanyakan adalah sebagai petani maupun nelayan. Setiap tahun setelah
musim panen, penduduk dusun tersebut biasanya mengadakan pesta adat
yang diisi dengan beraneka macam pertunjukan ketangkasan dan kesenian.
Ditengah masyarakat yang tinggal di
dusun tersebut, terdapat suatu keluarga yang hidup rukun dan damai dalam
sebuah pondok yang sederhana. Mereka terdiri dari sepasang suami-istri
dan dua orang putra dan putri. Kebutuhan hidup mereka tidak terlalu
sukar untuk dipenuhi karena mereka memiliki kebun yang ditanami berbagai
jenis buah-buahan dan sayur-sayuran. Begitu pula segala macam
kesulitan dapat diatasi dengan cara yang bijaksana, sehingga mereka
hidup dengan bahagia selama bertahun-tahun.
Pada suatu ketika, sang ibu terserang
oleh suatu penyakit. Walau telah diobati oleh beberapa orang tabib,
namun sakit sang ibu tak kunjung sembuh pula hingga akhirnya ia
meninggal dunia. Sepeninggal sang ibu, kehidupan keluarga ini mulai tak
terurus lagi. Mereka larut dalam kesedihan yang mendalam karena
kehilangan orang yang sangat mereka cintai. Sang ayah menjadi pendiam
dan pemurung, sementara kedua anaknya selalu diliputi rasa bingung, tak
tahu apa yang mesti dilakukan. Keadaan rumah dan kebun mereka kini
sudah tak terawat lagi. Beberapa sesepuh desa telah mencoba menasehati
sang ayah agar tidak larut dalam kesedihan, namun nasehat-nasehat
mereka tak dapat memberikan perubahan padanya. Keadaan ini berlangsung
cukup lama.
Suatu hari di
dusun tersebut kembali
diadakan pesta adat panen. Berbagai pertunjukan dan hiburan kembali
digelar. Dalam suatu pertunjukan ketangkasan, terdapatlah seorang gadis
yang cantik dan mempesona sehingga selalu mendapat sambutan
pemuda-pemuda dusun tersebut bila ia beraksi. Mendengar berita yang
demikian itu, tergugah juga hati sang ayah untuk turut menyaksikan
bagaimana kehebatan pertunjukan yang begitu dipuji-puji penduduk dusun
hingga banyak pemuda yang tergila-gila dibuatnya.
Malam itu adalah malam ketujuh dari
acara keramaian yang dilangsungkan. Perlahan-lahan sang ayah berjalan
mendekati tempat pertunjukan dimana gadis itu akan bermain. Sengaja ia
berdiri di depan agar dapat dengan jelas menyaksikan permainan serta
wajah sang gadis. Akhirnya pertunjukan pun dimulai. Berbeda dengan
penonton lainnya, sang ayah tidak banyak tertawa geli atau memuji-muji
penampilan sang gadis. Walau demikian sekali-sekali ada juga sang ayah
tersenyum kecil. Sang gadis melemparkan senyum manisnya kepada para
penonton yang memujinya maupun yang menggodanya. Suatu saat, akhirnya
bertemu jua pandangan antara si gadis dan sang ayah tadi. Kejadian ini
berulang beberapa kali, dan tidak lah diperkirakan sama sekali kiranya
bahwa terjalin rasa cinta antara sang gadis dengan sang ayah dari dua
orang anak tersebut.
Demikianlah
keadaannya, atas persetujuan
kedua belah pihak dan restu dari para sesepuh maka dilangsungkanlah
pernikahan antara mereka setelah pesta adat di dusun tersebut usai. Dan
berakhir pula lah kemuraman keluarga tersebut, kini mulailah mereka
menyusun hidup baru. Mereka mulai mengerjakan kegiatan-kegiatan yang
dahulunya tidak mereka usahakan lagi. Sang ayah kembali rajin berladang
dengan dibantu kedua anaknya, sementara sang ibu tiri tinggal di rumah
menyiapkan makanan bagi mereka sekeluarga. Begitulah seterusnya sampai
berbulan-bulan lamanya hingga kehidupan mereka cerah kembali.
Dalam keadaan yang demikian, tidak lah
diduga sama sekali ternyata sang ibu baru tersebut lama kelamaan
memiliki sifat yang kurang baik terhadap kedua anak tirinya. Kedua anak
itu baru diberi makan setelah ada sisa makanan dari ayahnya. Sang ayah
hanya dapat memaklumi perbuatan istrinya itu, tak dapat berbuat apa-apa
karena dia sangat mencintainya. Akhirnya, seluruh rumah tangga diatur
dan berada ditangan sang istri muda yang serakah tersebut. Kedua orang
anak tirinya disuruh bekerja keras setiap hari tanpa mengenal lelah dan
bahkan disuruh mengerjakan hal-hal yang diluar kemampuan mereka.
Pada suatu ketika, sang ibu tiri telah
membuat suatu rencana jahat. Ia menyuruh kedua anak tirinya untuk
mencari kayu bakar di hutan.
“Kalian berdua hari ini harus mencari kayu bakar lagi!” perintah sang ibu, “Jumlahnya harus tiga kali lebih banyak dari yang kalian peroleh kemarin. Dan ingat! Jangan pulang sebelum kayunya banyak dikumpulkan. Mengerti?!”
“Tapi, Bu…” jawab anak lelakinya, “Untuk apa kayu sebanyak itu…? Kayu yang ada saja masih cukup banyak. Nanti kalau sudah hampir habis, barulah kami mencarinya lagi…”
“Apa?! Kalian sudah berani membantah ya?! Nanti kulaporkan ke ayahmu bahwa kalian pemalas! Ayo, berangkat sekarang juga!!” kata si ibu tiri dengan marahnya.
“Kalian berdua hari ini harus mencari kayu bakar lagi!” perintah sang ibu, “Jumlahnya harus tiga kali lebih banyak dari yang kalian peroleh kemarin. Dan ingat! Jangan pulang sebelum kayunya banyak dikumpulkan. Mengerti?!”
“Tapi, Bu…” jawab anak lelakinya, “Untuk apa kayu sebanyak itu…? Kayu yang ada saja masih cukup banyak. Nanti kalau sudah hampir habis, barulah kami mencarinya lagi…”
“Apa?! Kalian sudah berani membantah ya?! Nanti kulaporkan ke ayahmu bahwa kalian pemalas! Ayo, berangkat sekarang juga!!” kata si ibu tiri dengan marahnya.
Anak
tirinya yang perempuan kemudian
menarik tangan kakaknya untuk segera pergi. Ia tahu bahwa ayahnya telah
dipengaruhi sang ibu tiri, jadi sia-sia saja untuk membantah karena
tetap akan dipersalahkan jua. Setelah membawa beberapa perlengkapan,
berangkatlah mereka menuju hutan. Hingga senja menjelang, kayu yang
dikumpulkan belum mencukupi seperti yang diminta ibu tiri mereka.
Terpaksa lah mereka harus bermalam di hutan dalam sebuah bekas pondok
seseorang agar dapat meneruskan pekerjaan mereka esok harinya. Hampir
tengah malam barulah mereka dapat terlelap walau rasa lapar masih
membelit perut mereka.
Esok
paginya, mereka pun mulai
mengumpulkan kayu sebanyak-banyaknya. Menjelang tengah hari, rasa lapar
pun tak tertahankan lagi, akhirnya mereka tergeletak di tanah selama
beberapa saat. Dan tanpa mereka ketahui, seorang kakek tua datang
menghampiri mereka.
“Apa yang kalian lakukan disini, anak-anak?!” tanya kakek itu kepada mereka.
Kedua anak yang malang tersebut lalu menceritakan semuanya, termasuk tingkah ibu tiri mereka dan keadaan mereka yang belum makan nasi sejak kemarin hingga rasanya tak sanggup lagi untuk meneruskan pekerjaan.
“Kalau begitu…, pergilah kalian ke arah sana.” kata si kakek sambil menunjuk ke arah rimbunan belukar, “Disitu banyak terdapat pohon buah-buahan. Makanlah sepuas-puasnya sampai kenyang. Tapi ingat, janganlah dicari lagi esok harinya karena akan sia-sia saja. Pergilah sekarang juga!”
“Apa yang kalian lakukan disini, anak-anak?!” tanya kakek itu kepada mereka.
Kedua anak yang malang tersebut lalu menceritakan semuanya, termasuk tingkah ibu tiri mereka dan keadaan mereka yang belum makan nasi sejak kemarin hingga rasanya tak sanggup lagi untuk meneruskan pekerjaan.
“Kalau begitu…, pergilah kalian ke arah sana.” kata si kakek sambil menunjuk ke arah rimbunan belukar, “Disitu banyak terdapat pohon buah-buahan. Makanlah sepuas-puasnya sampai kenyang. Tapi ingat, janganlah dicari lagi esok harinya karena akan sia-sia saja. Pergilah sekarang juga!”
Sambil
mengucapkan terima kasih, kedua
kakak beradik tersebut bergegas menuju ke tempat yang dimaksud. Ternyata
benar apa yang diucapkan kakek tadi, disana banyak terdapat beraneka
macam pohon buah-buahan. Buah durian, nangka, cempedak, wanyi, mangga
dan pepaya yang telah masak tampak berserakan di tanah. Buah-buahan lain
seperti pisang, rambutan dan kelapa gading nampak bergantungan di
pohonnya. Mereka kemudian memakan buah-buahan tersebut hingga kenyang
dan badan terasa segar kembali. Setelah beristirahat beberapa saat,
mereka dapat kembali melanjutkan pekerjaan mengumpulkan kayu hingga
sesuai dengan yang diminta sang ibu tiri.
Menjelang sore, sedikit demi sedikit
kayu yang jumlahnya banyak itu berhasil diangsur semuanya ke rumah.
Mereka kemudian menyusun kayu-kayu tersebut tanpa memperhatikan keadaan
rumah. Setelah tuntas, barulah mereka naik ke rumah untuk melapor
kepada sang ibu tiri, namun alangkah terkejutnya mereka ketika melihat
isi rumah yang telah kosong melompong.
Ternyata ayah dan ibu tiri mereka telah
pergi meninggalkan rumah itu. Seluruh harta benda didalam rumah
tersebut telah habis dibawa serta, ini berarti mereka pergi dan tak
akan kembali lagi ke rumah itu. Kedua kakak beradik yang malang itu
kemudian menangis sejadi-jadinya. Mendengar tangisan keduanya,
berdatanganlah tetangga sekitarnya untuk mengetahui apa gerangan yang
terjadi. Mereka terkejut setelah mengetahui bahwa kedua ayah dan ibu
tiri anak-anak tersebut telah pindah secara diam-diam.
Esok harinya, kedua anak tersebut
bersikeras untuk mencari orangtuanya. Mereka memberitahukan rencana
tersebut kepada tetangga terdekat. Beberapa tetangga yang iba kemudian
menukar kayu bakar dengan bekal bahan makanan bagi perjalanan kedua anak
itu. Menjelang tengah hari, berangkatlah keduanya mencari ayah dan ibu
tiri mereka.
Telah dua
hari mereka berjalan namun
orangtua mereka belum juga dijumpai, sementara perbekalan makanan sudah
habis. Pada hari yang ketiga, sampailah mereka di suatu daerah yang
berbukit dan tampaklah oleh mereka asap api mengepul di kejauhan. Mereka
segera menuju ke arah tempat itu sekedar bertanya kepada penghuninya
barangkali mengetahui atau melihat kedua orangtua mereka.
Mereka akhirnya menjumpai sebuah pondok
yang sudah reot. Tampak seorang kakek tua sedang duduk-duduk didepan
pondok tersebut. Kedua kakak beradik itu lalu memberi hormat kepada sang
kakek tua dan memberi salam.
“Dari mana kalian ini? Apa maksud kalian hingga datang ke tempat saya yang jauh terpencil ini?” tanya sang kakek sambil sesekali terbatuk-batuk kecil.
“Maaf, Tok.” kata si anak lelaki, “Kami ini sedang mencari kedua urangtuha kami. Apakah Datok pernah melihat seorang laki-laki dan seorang perempuan yang masih muda lewat disini?”
Sang kakek terdiam sebentar sambil mengernyitkan keningnya, tampaknya ia sedang berusaha keras untuk mengingat-ingat sesuatu.
“Hmmm…, beberapa hari yang lalu memang ada sepasang suami-istri yang datang kesini.” kata si kakek kemudian, “Mereka banyak sekali membawa barang. Apakah mereka itu yang kalian cari?”
“Tak salah lagi, Tok.” kata anak lelaki itu dengan gembira, “Mereka pasti orangtuha kami! Ke arah mana mereka pergi, Tok?”
“Waktu itu mereka meminjam perahuku untuk menyeberangi sungai. Mereka bilang, mereka ingin menetap diseberang sana dan hendak membuat sebuah pondok dan perkebunan baru. Cobalah kalian cari di seberang sana.”
“Terima kasih, Tok…” kata si anak sulung tersebut, “Tapi…, bisakah Datok mengantarkan kami ke seberang sungai?”
“Datok ni dah tuha… mana kuat lagi untuk mendayung perahu!” kata si kakek sambil terkekeh, “Kalau kalian ingin menyusul mereka, pakai sajalah perahuku yang ada ditepi sungai itu.”
“Dari mana kalian ini? Apa maksud kalian hingga datang ke tempat saya yang jauh terpencil ini?” tanya sang kakek sambil sesekali terbatuk-batuk kecil.
“Maaf, Tok.” kata si anak lelaki, “Kami ini sedang mencari kedua urangtuha kami. Apakah Datok pernah melihat seorang laki-laki dan seorang perempuan yang masih muda lewat disini?”
Sang kakek terdiam sebentar sambil mengernyitkan keningnya, tampaknya ia sedang berusaha keras untuk mengingat-ingat sesuatu.
“Hmmm…, beberapa hari yang lalu memang ada sepasang suami-istri yang datang kesini.” kata si kakek kemudian, “Mereka banyak sekali membawa barang. Apakah mereka itu yang kalian cari?”
“Tak salah lagi, Tok.” kata anak lelaki itu dengan gembira, “Mereka pasti orangtuha kami! Ke arah mana mereka pergi, Tok?”
“Waktu itu mereka meminjam perahuku untuk menyeberangi sungai. Mereka bilang, mereka ingin menetap diseberang sana dan hendak membuat sebuah pondok dan perkebunan baru. Cobalah kalian cari di seberang sana.”
“Terima kasih, Tok…” kata si anak sulung tersebut, “Tapi…, bisakah Datok mengantarkan kami ke seberang sungai?”
“Datok ni dah tuha… mana kuat lagi untuk mendayung perahu!” kata si kakek sambil terkekeh, “Kalau kalian ingin menyusul mereka, pakai sajalah perahuku yang ada ditepi sungai itu.”
Kakak beradik itu pun memberanikan diri
untuk membawa perahu si kakek. Mereka berjanji akan mengembalikan
perahu tersebut jika telah berhasil menemukan kedua orangtua mereka.
Setelah mengucapkan terima kasih, mereka lalu menaiki perahu dan
mendayungnya menuju ke seberang. Keduanya lupa akan rasa lapar yang
membelit perut mereka karena rasa gembira setelah mengetahui keberadaan
orangtua mereka. Akhirnya mereka sampai di seberang dan menambatkan
perahu tersebut dalam sebuah anak sungai. Setelah dua hari lamanya
berjalan dengan perut kosong, barulah mereka menemui ujung sebuah dusun
yang jarang sekali penduduknya.
Tampaklah oleh mereka sebuah pondok yang
kelihatannya baru dibangun. Perlahan-lahan mereka mendekati pondok
itu. Dengan perasaan cemas dan ragu si kakak menaiki tangga dan
memanggil-manggil penghuninya, sementara si adik berjalan mengitari
pondok hingga ia menemukan jemuran pakaian yang ada di belakang pondok.
Ia pun teringat pada baju ayahnya yang pernah dijahitnya karena sobek
terkait duri, setelah didekatinya maka yakinlah ia bahwa itu memang baju
ayahnya. Segera ia berlari menghampiri kakaknya sambil menunjukkan
baju sang ayah yang ditemukannya di belakang. Tanpa pikir panjang lagi
mereka pun memasuki pondok dan ternyata pondok tersebut memang berisi
barang-barang milik ayah mereka.
Rupanya orangtua mereka terburu-buru
pergi, sehingga di dapur masih ada periuk yang diletakkan diatas api
yang masih menyala. Didalam periuk tersebut ada nasi yang telah menjadi
bubur. Karena lapar, si kakak akhirnya melahap nasi bubur yang masih
panas tersebut sepuas-puasnya. Adiknya yang baru menyusul ke dapur
menjadi terkejut melihat apa yang sedang dikerjakan kakaknya, segera ia
menyambar periuk yang isinya tinggal sedikit itu. Karena takut tidak
kebagian, ia langsung melahap nasi bubur tersebut sekaligus dengan
periuknya.
Karena bubur
yang dimakan tersebut masih
panas maka suhu badan mereka pun menjadi naik tak terhingga. Dalam
keadaan tak karuan demikian, keduanya berlari kesana kemari hendak
mencari sungai. Setiap pohon pisang yang mereka temui di kiri-kanan
jalan menuju sungai, secara bergantian mereka peluk sehingga pohon
pisang tersebut menjadi layu. Begitu mereka tiba di tepi sungai,
segeralah mereka terjun ke dalamnya. Hampir bersamaan dengan itu,
penghuni pondok yang memang benar adalah orangtua kedua anak yang malang
itu terheran-heran ketika melihat banyak pohon pisang di sekitar
pondok mereka menjadi layu dan hangus.
Namun mereka sangat terkejut ketika
masuk kedalam pondok dan mejumpai sebuah bungkusan dan dua buah mandau
kepunyaan kedua anaknya. Sang istri terus memeriksa isi pondok hingga ke
dapur, dan dia tak menemukan lagi periuk yang tadi ditinggalkannya. Ia
kemudian melaporkan hal itu kepada suaminya. Mereka kemudian bergegas
turun dari pondok dan mengikuti jalan menuju sungai yang di
kiri-kanannya banyak terdapat pohon pisang yang telah layu dan hangus.
Sesampainya di tepi sungai, terlihatlah
oleh mereka dua makhluk yang bergerak kesana kemari didalam air sambil
menyemburkan air dari kepalanya. Pikiran sang suami teringat pada
rentetan kejadian yang mungkin sekali ada hubungannya dengan keluarga.
Ia terperanjat karena tiba-tiba istrinya sudah tidak ada disampingnya.
Rupanya ia menghilang secara gaib. Kini sadarlah sang suami bahwa
istrinya bukanlah keturunan manusia biasa. Semenjak perkimpoian mereka,
sang istri memang tidak pernah mau menceritakan asal usulnya.
Tak lama berselang, penduduk desa
datang
berbondong-bondong ke tepi sungai untuk menyaksikan keanehan yang baru
saja terjadi. Dua ekor ikan yang kepalanya mirip dengan kepala manusia
sedang bergerak kesana kemari ditengah sungai sambil sekali-sekali
muncul di permukaan dan menyemburkan air dari kepalanya. Masyarakat yang
berada di tempat itu memperkirakan bahwa air semburan kedua makhluk
tersebut panas sehingga dapat menyebabkan ikan-ikan kecil mati jika
terkena semburannya.
Oleh
masyarakat Kutai, ikan yang
menyembur-nyemburkan air itu dinamakan ikan Pasut atau Pesut. Sementara
masyarakat di pedalaman Mahakam menamakannya ikan Bawoi.
Tidak seperti mamalia air lain yakni
lumba-lumba dan ikan paus yang hidup di laut, pesut (Orcaella
brevirostris) hidup di sungai-sungai daerah tropis. Populasi satwa
langka yang dilindungi Undang-Undang ini hanya terdapat pada tiga lokasi
di dunia yakni Sungai Mahakam,
Sungai Mekong, dan Sungai Irawady.
Dahulu pesut pernah ditemukan di banyak
muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi sekarang pesut menjadi satwa
langka. Kecuali di sungai Mahakam, di tempat ini habitat Pesut Mahakam
dapat ditemukan ratusan kilometer dari lautan yakni di wilayah kecamatan
Kota Bangun, kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat
hewan pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai di perairan
Sungai Mahakam, danau Jempang (15.000 Ha), danau Semayang (13.000 Ha)
dan danau Melintang (11.000Ha).
Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat
(seperti umbi) dengan kedua matanya yang kecil (mungkin merupakan
adaptasi terhadap air yang berlumpur). Tubuh Pesut berwarna abu-abu
sampai wulung tua, lebih pucat dibagian bawah – tidak ada pola khas.
Sirip punggung kecil dan membundar di belakang pertengahan punggung.
Dahi tinggi dan membundar; tidak ada paruh. Sirip dada lebar membundar.
Pesut bergerak dalam kawanan kecil.
Walaupun pandangannya tidak begitu tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup
dalam air yang mengandung lumpur, namun pesut merupakan ‘pakar’ dalam
mendeteksi dan menghindari rintangan-rintangan. Barangkali mereka
menggunakan ultrasonik untuk melakukan lokasi gema seperti yang
dilakukan oleh kerabatnya di laut.
Populasi hewan ini terus
menyusut akibat
habitatnya terganggu, terutama makin sibuknya lalu-lintas perairan
sungai Mahakam, serta tingginya tingkat erosi dan pendangkalan sungai
akibat pengelolaan hutan di sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga
diperkirakan terancam akibat terbatasnya bahan makanan berupa udang dan
ikan, karena harus bersaing dengan para nelayan di sepanjang Sungai
Mahakam.
Mengenal Pesut Mahakam
Sang Simbol Kota Samarinda
00.54 Ary Iswari 1 comment
Pesut mahakam (Latin:Orcaella brevirostris) adalah sejenis hewan mamalia
yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena
berdasarkan data tahun 2007, populasi hewan tinggal 50 ekor saja dan
menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Secara
taksonomi, pesut mahakam adalah subspesies dari pesut (Irrawaddy
dolphin).
Tidak seperti mamalia air lain yakni lumba-lumba dan ikan paus yang
hidup di laut, pesut mahakam hidup di sungai-sungai daerah tropis.
Populasi satwa langka yang dilindungi undang-undang ini hanya terdapat
pada tiga lokasi di dunia yakni Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan
Sungai Irawady. Namun, diberitakan bahwa pesut di Mekong dan Sungai
Irrawaddy sudah punah.
Pesutini ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi
sekarang pesut menjadi satwa langka. Selain di Sungai Mahakam, pesut
ditemukan pula ratusan kilometer dari lautan, yakni di wilayah Kecamatan
Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat hewan
pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai pula di perairan
Danau Jempang (15.000 ha), Danau Semayang (13.000 ha), dan Danau
Melintang (11.000 ha).
Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua
matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang
berlumpur). Tubuh pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat
dibagian bawah - tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar
di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada
paruh. Sirip dada lebar membundar.
Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu
tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur,
namun pesut merupakan 'pakar' dalam mendeteksi dan menghindari
rintangan-rintangan. Barangkali mereka menggunakan ultrasonik untuk
melakukan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya di laut.
Populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama
makin sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya
tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di
sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan terancam akibat
terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing
dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.
Hampir Punah nya Pesut Mahakam
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) bisa jadi merupakan mamalia air
paling langka di Indonesia. Populasi Pesut Mahakam diperkirakan tidak
lebih dari 70 ekor saja. Pun Pesut Mahakam yang merupakan sub-populasi
Orcaella brevirostris hanya bisa ditemukan di Sungai Mahakam, Kalimantan
Timur saja. Sehingga tidak mengherankan jika kemudian Pesut Mahakam
ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Kalimantan Timur.
Pesut merupakan mamalia air yang unik. Berbeda dengan lumba-lumba dan
ikan paus, pesut (Orcaella brevirostris) hidup di air tawar yang
terdapat di sungai-sungai dan danau yang terdapat di daerah tropis dan
subtropis.
Pesut Mahakam adalah salah satu sub-populasi pesut (Orcaella
brevirostris) selain sub-populasi Sungai Irrawaddi (Myanmar),
sub-populasi Sungai Mekong (Kamboja, Laos, dan Vietnam), sub-populasi
Danau Songkhla (Thailand), dan sub-populasi Malampaya (Filipina). Pesut
yang termasuk salah satu satwa dilindungi di Indonesia ini dalam bahasa
Inggris disebut sebagai Irrawaddy Dolphin atau Dolphin Snubfin.
Ciri-Ciri Pesut Mahakam
Pesut Mahakam dewasa mempunyai panjang tubuh hingga 2,3 meter dengan
berat mencapai 130 kg. Tubuh Pesut berwarna abu-abu atau kelabu sampai
biru tua dengan bagian bawah berwarna lebih pucat.
Bentuk badan pesut hampir mendekati oval dengan sirip punggung mengecil
dan agak ke belakang. Kepala pesut berbentuk bulat dengan mata yang
berukuran kecil. Bagian moncong pendek dan tampak papak dengan lubang
pernafasan. Sirip punggung berukuran kecil terletak di belakang
pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar, tidak ada paruh. Sirip
renangnya relatif pendek dan lebar.
Habitat dan Populasi. Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris sub-populasi
sungai Mahakam) hidup di sungai Mahakam pada daerah sekitar 180 km dari
muara sungai hingga 600 km dari daerah hulu. Lokasi yang diduga didiami
mamalia air tawar ini antara lain Kedang Kepala, Kedang Rantau, Belayan,
Kedang Pahu, dan anak sungai Ratah, serta sebagai danau Semayang dan
Melintang (Kreb 1999, 2004).
Populasi Pesut Mahakam diperkirakan antara 67 hingga 70 ekor (2005).
Ancaman tertinggi kelangkaan populasi Pesut Mahakam diakibatkan oleh
belitan jaring nelayan. Selain itu juga akibat terganggunya habitat baik
oleh lalu-lintas perairan sungai Mahakam maupun tingginya tingkat
pencemaran air, erosi, dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan
di sekitarnya.
Rendahnya populasi ini membuat lumba-lumba air tawar ini menjadi salah
satu binatang paling langka di Indonesia. Sehingga tidak berlebihan jika
kemudian IUCN Redlist menyatakan status konservasi Pesut Mahakam
sebagai Critically Endangered (Kitis) yaitu tingkat keterancaman
tertinggi.
Di Indonesia sendiri, pesut Mahakam di tetapkan sebagai satwa yang
dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pesut Mahakam memang benar-benar unik. Mamalia air yang hidup di air
tawar dengan habitat dan persebarannya yang terpisah-pisah di beberapa
tempat yang salah satunya di Kalimantan, Indonesia. Namun Pesut Mahakam
juga satwa dengan ancaman kepunahan tertinggi dengan populasi yang tidak
lebih dari 70 ekor saja. Anugerah dan keunikan yang hanya akan
disia-siakan oleh bangsa yang bodoh, tentunya.
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Mengenal Pesut Mahakam
Sang Simbol Kota Samarinda
00.54 Ary Iswari 1 comment
Pesut mahakam (Latin:Orcaella brevirostris) adalah sejenis hewan mamalia
yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena
berdasarkan data tahun 2007, populasi hewan tinggal 50 ekor saja dan
menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Secara
taksonomi, pesut mahakam adalah subspesies dari pesut (Irrawaddy
dolphin).
Tidak seperti mamalia air lain yakni lumba-lumba dan ikan paus yang
hidup di laut, pesut mahakam hidup di sungai-sungai daerah tropis.
Populasi satwa langka yang dilindungi undang-undang ini hanya terdapat
pada tiga lokasi di dunia yakni Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan
Sungai Irawady. Namun, diberitakan bahwa pesut di Mekong dan Sungai
Irrawaddy sudah punah.
Pesutini ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi
sekarang pesut menjadi satwa langka. Selain di Sungai Mahakam, pesut
ditemukan pula ratusan kilometer dari lautan, yakni di wilayah Kecamatan
Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat hewan
pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai pula di perairan
Danau Jempang (15.000 ha), Danau Semayang (13.000 ha), dan Danau
Melintang (11.000 ha).
Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua
matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang
berlumpur). Tubuh pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat
dibagian bawah - tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar
di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada
paruh. Sirip dada lebar membundar.
Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu
tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur,
namun pesut merupakan 'pakar' dalam mendeteksi dan menghindari
rintangan-rintangan. Barangkali mereka menggunakan ultrasonik untuk
melakukan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya di laut.
Populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama
makin sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya
tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di
sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan terancam akibat
terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing
dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.
Hampir Punah nya Pesut Mahakam
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) bisa jadi merupakan mamalia air
paling langka di Indonesia. Populasi Pesut Mahakam diperkirakan tidak
lebih dari 70 ekor saja. Pun Pesut Mahakam yang merupakan sub-populasi
Orcaella brevirostris hanya bisa ditemukan di Sungai Mahakam, Kalimantan
Timur saja. Sehingga tidak mengherankan jika kemudian Pesut Mahakam
ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Kalimantan Timur.
Pesut merupakan mamalia air yang unik. Berbeda dengan lumba-lumba dan
ikan paus, pesut (Orcaella brevirostris) hidup di air tawar yang
terdapat di sungai-sungai dan danau yang terdapat di daerah tropis dan
subtropis.
Pesut Mahakam adalah salah satu sub-populasi pesut (Orcaella
brevirostris) selain sub-populasi Sungai Irrawaddi (Myanmar),
sub-populasi Sungai Mekong (Kamboja, Laos, dan Vietnam), sub-populasi
Danau Songkhla (Thailand), dan sub-populasi Malampaya (Filipina). Pesut
yang termasuk salah satu satwa dilindungi di Indonesia ini dalam bahasa
Inggris disebut sebagai Irrawaddy Dolphin atau Dolphin Snubfin.
Ciri-Ciri Pesut Mahakam
Pesut Mahakam dewasa mempunyai panjang tubuh hingga 2,3 meter dengan
berat mencapai 130 kg. Tubuh Pesut berwarna abu-abu atau kelabu sampai
biru tua dengan bagian bawah berwarna lebih pucat.
Bentuk badan pesut hampir mendekati oval dengan sirip punggung mengecil
dan agak ke belakang. Kepala pesut berbentuk bulat dengan mata yang
berukuran kecil. Bagian moncong pendek dan tampak papak dengan lubang
pernafasan. Sirip punggung berukuran kecil terletak di belakang
pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar, tidak ada paruh. Sirip
renangnya relatif pendek dan lebar.
Habitat dan Populasi. Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris sub-populasi
sungai Mahakam) hidup di sungai Mahakam pada daerah sekitar 180 km dari
muara sungai hingga 600 km dari daerah hulu. Lokasi yang diduga didiami
mamalia air tawar ini antara lain Kedang Kepala, Kedang Rantau, Belayan,
Kedang Pahu, dan anak sungai Ratah, serta sebagai danau Semayang dan
Melintang (Kreb 1999, 2004).
Populasi Pesut Mahakam diperkirakan antara 67 hingga 70 ekor (2005).
Ancaman tertinggi kelangkaan populasi Pesut Mahakam diakibatkan oleh
belitan jaring nelayan. Selain itu juga akibat terganggunya habitat baik
oleh lalu-lintas perairan sungai Mahakam maupun tingginya tingkat
pencemaran air, erosi, dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan
di sekitarnya.
Rendahnya populasi ini membuat lumba-lumba air tawar ini menjadi salah
satu binatang paling langka di Indonesia. Sehingga tidak berlebihan jika
kemudian IUCN Redlist menyatakan status konservasi Pesut Mahakam
sebagai Critically Endangered (Kitis) yaitu tingkat keterancaman
tertinggi.
Di Indonesia sendiri, pesut Mahakam di tetapkan sebagai satwa yang
dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pesut Mahakam memang benar-benar unik. Mamalia air yang hidup di air
tawar dengan habitat dan persebarannya yang terpisah-pisah di beberapa
tempat yang salah satunya di Kalimantan, Indonesia. Namun Pesut Mahakam
juga satwa dengan ancaman kepunahan tertinggi dengan populasi yang tidak
lebih dari 70 ekor saja. Anugerah dan keunikan yang hanya akan
disia-siakan oleh bangsa yang bodoh, tentunya.
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
ImageChef Custom Images
Mengenal Pesut Mahakam Sang Simbol Kota Samarinda
00.54 Ary Iswari 1 comment
Pesut mahakam (Latin:Orcaella brevirostris) adalah sejenis hewan mamalia
yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena
berdasarkan data tahun 2007, populasi hewan tinggal 50 ekor saja dan
menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Secara
taksonomi, pesut mahakam adalah subspesies dari pesut (Irrawaddy
dolphin).
Tidak seperti mamalia air lain yakni lumba-lumba dan ikan paus yang
hidup di laut, pesut mahakam hidup di sungai-sungai daerah tropis.
Populasi satwa langka yang dilindungi undang-undang ini hanya terdapat
pada tiga lokasi di dunia yakni Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan
Sungai Irawady. Namun, diberitakan bahwa pesut di Mekong dan Sungai
Irrawaddy sudah punah.
Pesutini ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi
sekarang pesut menjadi satwa langka. Selain di Sungai Mahakam, pesut
ditemukan pula ratusan kilometer dari lautan, yakni di wilayah Kecamatan
Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat hewan
pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai pula di perairan
Danau Jempang (15.000 ha), Danau Semayang (13.000 ha), dan Danau
Melintang (11.000 ha).
Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua
matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang
berlumpur). Tubuh pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat
dibagian bawah - tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar
di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada
paruh. Sirip dada lebar membundar.
Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu
tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur,
namun pesut merupakan 'pakar' dalam mendeteksi dan menghindari
rintangan-rintangan. Barangkali mereka menggunakan ultrasonik untuk
melakukan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya di laut.
Populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama
makin sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya
tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di
sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan terancam akibat
terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing
dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.
Hampir Punah nya Pesut Mahakam
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) bisa jadi merupakan mamalia air
paling langka di Indonesia. Populasi Pesut Mahakam diperkirakan tidak
lebih dari 70 ekor saja. Pun Pesut Mahakam yang merupakan sub-populasi
Orcaella brevirostris hanya bisa ditemukan di Sungai Mahakam, Kalimantan
Timur saja. Sehingga tidak mengherankan jika kemudian Pesut Mahakam
ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Kalimantan Timur.
Pesut merupakan mamalia air yang unik. Berbeda dengan lumba-lumba dan
ikan paus, pesut (Orcaella brevirostris) hidup di air tawar yang
terdapat di sungai-sungai dan danau yang terdapat di daerah tropis dan
subtropis.
Pesut Mahakam adalah salah satu sub-populasi pesut (Orcaella
brevirostris) selain sub-populasi Sungai Irrawaddi (Myanmar),
sub-populasi Sungai Mekong (Kamboja, Laos, dan Vietnam), sub-populasi
Danau Songkhla (Thailand), dan sub-populasi Malampaya (Filipina). Pesut
yang termasuk salah satu satwa dilindungi di Indonesia ini dalam bahasa
Inggris disebut sebagai Irrawaddy Dolphin atau Dolphin Snubfin.
Ciri-Ciri Pesut Mahakam
Pesut Mahakam dewasa mempunyai panjang tubuh hingga 2,3 meter dengan
berat mencapai 130 kg. Tubuh Pesut berwarna abu-abu atau kelabu sampai
biru tua dengan bagian bawah berwarna lebih pucat.
Bentuk badan pesut hampir mendekati oval dengan sirip punggung mengecil
dan agak ke belakang. Kepala pesut berbentuk bulat dengan mata yang
berukuran kecil. Bagian moncong pendek dan tampak papak dengan lubang
pernafasan. Sirip punggung berukuran kecil terletak di belakang
pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar, tidak ada paruh. Sirip
renangnya relatif pendek dan lebar.
Habitat dan Populasi. Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris sub-populasi
sungai Mahakam) hidup di sungai Mahakam pada daerah sekitar 180 km dari
muara sungai hingga 600 km dari daerah hulu. Lokasi yang diduga didiami
mamalia air tawar ini antara lain Kedang Kepala, Kedang Rantau, Belayan,
Kedang Pahu, dan anak sungai Ratah, serta sebagai danau Semayang dan
Melintang (Kreb 1999, 2004).
Populasi Pesut Mahakam diperkirakan antara 67 hingga 70 ekor (2005).
Ancaman tertinggi kelangkaan populasi Pesut Mahakam diakibatkan oleh
belitan jaring nelayan. Selain itu juga akibat terganggunya habitat baik
oleh lalu-lintas perairan sungai Mahakam maupun tingginya tingkat
pencemaran air, erosi, dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan
di sekitarnya.
Rendahnya populasi ini membuat lumba-lumba air tawar ini menjadi salah
satu binatang paling langka di Indonesia. Sehingga tidak berlebihan jika
kemudian IUCN Redlist menyatakan status konservasi Pesut Mahakam
sebagai Critically Endangered (Kitis) yaitu tingkat keterancaman
tertinggi.
Di Indonesia sendiri, pesut Mahakam di tetapkan sebagai satwa yang
dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pesut Mahakam memang benar-benar unik. Mamalia air yang hidup di air
tawar dengan habitat dan persebarannya yang terpisah-pisah di beberapa
tempat yang salah satunya di Kalimantan, Indonesia. Namun Pesut Mahakam
juga satwa dengan ancaman kepunahan tertinggi dengan populasi yang tidak
lebih dari 70 ekor saja. Anugerah dan keunikan yang hanya akan
disia-siakan oleh bangsa yang bodoh, tentunya.
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
ImageChef Custom Images
Mengenal Pesut Mahakam Sang Simbol Kota Samarinda
00.54 Ary Iswari 1 comment
Pesut mahakam (Latin:Orcaella brevirostris) adalah sejenis hewan mamalia
yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena
berdasarkan data tahun 2007, populasi hewan tinggal 50 ekor saja dan
menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Secara
taksonomi, pesut mahakam adalah subspesies dari pesut (Irrawaddy
dolphin).
Tidak seperti mamalia air lain yakni lumba-lumba dan ikan paus yang
hidup di laut, pesut mahakam hidup di sungai-sungai daerah tropis.
Populasi satwa langka yang dilindungi undang-undang ini hanya terdapat
pada tiga lokasi di dunia yakni Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan
Sungai Irawady. Namun, diberitakan bahwa pesut di Mekong dan Sungai
Irrawaddy sudah punah.
Pesutini ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi
sekarang pesut menjadi satwa langka. Selain di Sungai Mahakam, pesut
ditemukan pula ratusan kilometer dari lautan, yakni di wilayah Kecamatan
Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat hewan
pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai pula di perairan
Danau Jempang (15.000 ha), Danau Semayang (13.000 ha), dan Danau
Melintang (11.000 ha).
Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua
matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang
berlumpur). Tubuh pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat
dibagian bawah - tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar
di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada
paruh. Sirip dada lebar membundar.
Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu
tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur,
namun pesut merupakan 'pakar' dalam mendeteksi dan menghindari
rintangan-rintangan. Barangkali mereka menggunakan ultrasonik untuk
melakukan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya di laut.
Populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama
makin sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya
tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di
sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan terancam akibat
terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing
dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.
Hampir Punah nya Pesut Mahakam
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) bisa jadi merupakan mamalia air
paling langka di Indonesia. Populasi Pesut Mahakam diperkirakan tidak
lebih dari 70 ekor saja. Pun Pesut Mahakam yang merupakan sub-populasi
Orcaella brevirostris hanya bisa ditemukan di Sungai Mahakam, Kalimantan
Timur saja. Sehingga tidak mengherankan jika kemudian Pesut Mahakam
ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Kalimantan Timur.
Pesut merupakan mamalia air yang unik. Berbeda dengan lumba-lumba dan
ikan paus, pesut (Orcaella brevirostris) hidup di air tawar yang
terdapat di sungai-sungai dan danau yang terdapat di daerah tropis dan
subtropis.
Pesut Mahakam adalah salah satu sub-populasi pesut (Orcaella
brevirostris) selain sub-populasi Sungai Irrawaddi (Myanmar),
sub-populasi Sungai Mekong (Kamboja, Laos, dan Vietnam), sub-populasi
Danau Songkhla (Thailand), dan sub-populasi Malampaya (Filipina). Pesut
yang termasuk salah satu satwa dilindungi di Indonesia ini dalam bahasa
Inggris disebut sebagai Irrawaddy Dolphin atau Dolphin Snubfin.
Ciri-Ciri Pesut Mahakam
Pesut Mahakam dewasa mempunyai panjang tubuh hingga 2,3 meter dengan
berat mencapai 130 kg. Tubuh Pesut berwarna abu-abu atau kelabu sampai
biru tua dengan bagian bawah berwarna lebih pucat.
Bentuk badan pesut hampir mendekati oval dengan sirip punggung mengecil
dan agak ke belakang. Kepala pesut berbentuk bulat dengan mata yang
berukuran kecil. Bagian moncong pendek dan tampak papak dengan lubang
pernafasan. Sirip punggung berukuran kecil terletak di belakang
pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar, tidak ada paruh. Sirip
renangnya relatif pendek dan lebar.
Habitat dan Populasi. Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris sub-populasi
sungai Mahakam) hidup di sungai Mahakam pada daerah sekitar 180 km dari
muara sungai hingga 600 km dari daerah hulu. Lokasi yang diduga didiami
mamalia air tawar ini antara lain Kedang Kepala, Kedang Rantau, Belayan,
Kedang Pahu, dan anak sungai Ratah, serta sebagai danau Semayang dan
Melintang (Kreb 1999, 2004).
Populasi Pesut Mahakam diperkirakan antara 67 hingga 70 ekor (2005).
Ancaman tertinggi kelangkaan populasi Pesut Mahakam diakibatkan oleh
belitan jaring nelayan. Selain itu juga akibat terganggunya habitat baik
oleh lalu-lintas perairan sungai Mahakam maupun tingginya tingkat
pencemaran air, erosi, dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan
di sekitarnya.
Rendahnya populasi ini membuat lumba-lumba air tawar ini menjadi salah
satu binatang paling langka di Indonesia. Sehingga tidak berlebihan jika
kemudian IUCN Redlist menyatakan status konservasi Pesut Mahakam
sebagai Critically Endangered (Kitis) yaitu tingkat keterancaman
tertinggi.
Di Indonesia sendiri, pesut Mahakam di tetapkan sebagai satwa yang
dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pesut Mahakam memang benar-benar unik. Mamalia air yang hidup di air
tawar dengan habitat dan persebarannya yang terpisah-pisah di beberapa
tempat yang salah satunya di Kalimantan, Indonesia. Namun Pesut Mahakam
juga satwa dengan ancaman kepunahan tertinggi dengan populasi yang tidak
lebih dari 70 ekor saja. Anugerah dan keunikan yang hanya akan
disia-siakan oleh bangsa yang bodoh, tentunya.
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
ImageChef Custom Images
Mengenal Pesut Mahakam Sang Simbol Kota Samarinda
00.54 Ary Iswari 1 comment
Pesut mahakam (Latin:Orcaella brevirostris) adalah sejenis hewan mamalia
yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena
berdasarkan data tahun 2007, populasi hewan tinggal 50 ekor saja dan
menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Secara
taksonomi, pesut mahakam adalah subspesies dari pesut (Irrawaddy
dolphin).
Tidak seperti mamalia air lain yakni lumba-lumba dan ikan paus yang
hidup di laut, pesut mahakam hidup di sungai-sungai daerah tropis.
Populasi satwa langka yang dilindungi undang-undang ini hanya terdapat
pada tiga lokasi di dunia yakni Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan
Sungai Irawady. Namun, diberitakan bahwa pesut di Mekong dan Sungai
Irrawaddy sudah punah.
Pesutini ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi
sekarang pesut menjadi satwa langka. Selain di Sungai Mahakam, pesut
ditemukan pula ratusan kilometer dari lautan, yakni di wilayah Kecamatan
Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat hewan
pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai pula di perairan
Danau Jempang (15.000 ha), Danau Semayang (13.000 ha), dan Danau
Melintang (11.000 ha).
Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua
matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang
berlumpur). Tubuh pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat
dibagian bawah - tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar
di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada
paruh. Sirip dada lebar membundar.
Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu
tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur,
namun pesut merupakan 'pakar' dalam mendeteksi dan menghindari
rintangan-rintangan. Barangkali mereka menggunakan ultrasonik untuk
melakukan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya di laut.
Populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama
makin sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya
tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di
sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan terancam akibat
terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing
dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.
Hampir Punah nya Pesut Mahakam
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) bisa jadi merupakan mamalia air
paling langka di Indonesia. Populasi Pesut Mahakam diperkirakan tidak
lebih dari 70 ekor saja. Pun Pesut Mahakam yang merupakan sub-populasi
Orcaella brevirostris hanya bisa ditemukan di Sungai Mahakam, Kalimantan
Timur saja. Sehingga tidak mengherankan jika kemudian Pesut Mahakam
ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Kalimantan Timur.
Pesut merupakan mamalia air yang unik. Berbeda dengan lumba-lumba dan
ikan paus, pesut (Orcaella brevirostris) hidup di air tawar yang
terdapat di sungai-sungai dan danau yang terdapat di daerah tropis dan
subtropis.
Pesut Mahakam adalah salah satu sub-populasi pesut (Orcaella
brevirostris) selain sub-populasi Sungai Irrawaddi (Myanmar),
sub-populasi Sungai Mekong (Kamboja, Laos, dan Vietnam), sub-populasi
Danau Songkhla (Thailand), dan sub-populasi Malampaya (Filipina). Pesut
yang termasuk salah satu satwa dilindungi di Indonesia ini dalam bahasa
Inggris disebut sebagai Irrawaddy Dolphin atau Dolphin Snubfin.
Ciri-Ciri Pesut Mahakam
Pesut Mahakam dewasa mempunyai panjang tubuh hingga 2,3 meter dengan
berat mencapai 130 kg. Tubuh Pesut berwarna abu-abu atau kelabu sampai
biru tua dengan bagian bawah berwarna lebih pucat.
Bentuk badan pesut hampir mendekati oval dengan sirip punggung mengecil
dan agak ke belakang. Kepala pesut berbentuk bulat dengan mata yang
berukuran kecil. Bagian moncong pendek dan tampak papak dengan lubang
pernafasan. Sirip punggung berukuran kecil terletak di belakang
pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar, tidak ada paruh. Sirip
renangnya relatif pendek dan lebar.
Habitat dan Populasi. Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris sub-populasi
sungai Mahakam) hidup di sungai Mahakam pada daerah sekitar 180 km dari
muara sungai hingga 600 km dari daerah hulu. Lokasi yang diduga didiami
mamalia air tawar ini antara lain Kedang Kepala, Kedang Rantau, Belayan,
Kedang Pahu, dan anak sungai Ratah, serta sebagai danau Semayang dan
Melintang (Kreb 1999, 2004).
Populasi Pesut Mahakam diperkirakan antara 67 hingga 70 ekor (2005).
Ancaman tertinggi kelangkaan populasi Pesut Mahakam diakibatkan oleh
belitan jaring nelayan. Selain itu juga akibat terganggunya habitat baik
oleh lalu-lintas perairan sungai Mahakam maupun tingginya tingkat
pencemaran air, erosi, dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan
di sekitarnya.
Rendahnya populasi ini membuat lumba-lumba air tawar ini menjadi salah
satu binatang paling langka di Indonesia. Sehingga tidak berlebihan jika
kemudian IUCN Redlist menyatakan status konservasi Pesut Mahakam
sebagai Critically Endangered (Kitis) yaitu tingkat keterancaman
tertinggi.
Di Indonesia sendiri, pesut Mahakam di tetapkan sebagai satwa yang
dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pesut Mahakam memang benar-benar unik. Mamalia air yang hidup di air
tawar dengan habitat dan persebarannya yang terpisah-pisah di beberapa
tempat yang salah satunya di Kalimantan, Indonesia. Namun Pesut Mahakam
juga satwa dengan ancaman kepunahan tertinggi dengan populasi yang tidak
lebih dari 70 ekor saja. Anugerah dan keunikan yang hanya akan
disia-siakan oleh bangsa yang bodoh, tentunya.
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
ImageChef Custom Images
Mengenal Pesut Mahakam Sang Simbol Kota Samarinda
00.54 Ary Iswari 1 comment
Pesut mahakam (Latin:Orcaella brevirostris) adalah sejenis hewan mamalia
yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena
berdasarkan data tahun 2007, populasi hewan tinggal 50 ekor saja dan
menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Secara
taksonomi, pesut mahakam adalah subspesies dari pesut (Irrawaddy
dolphin).
Tidak seperti mamalia air lain yakni lumba-lumba dan ikan paus yang
hidup di laut, pesut mahakam hidup di sungai-sungai daerah tropis.
Populasi satwa langka yang dilindungi undang-undang ini hanya terdapat
pada tiga lokasi di dunia yakni Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan
Sungai Irawady. Namun, diberitakan bahwa pesut di Mekong dan Sungai
Irrawaddy sudah punah.
Pesutini ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi
sekarang pesut menjadi satwa langka. Selain di Sungai Mahakam, pesut
ditemukan pula ratusan kilometer dari lautan, yakni di wilayah Kecamatan
Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat hewan
pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai pula di perairan
Danau Jempang (15.000 ha), Danau Semayang (13.000 ha), dan Danau
Melintang (11.000 ha).
Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua
matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang
berlumpur). Tubuh pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat
dibagian bawah - tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar
di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada
paruh. Sirip dada lebar membundar.
Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu
tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur,
namun pesut merupakan 'pakar' dalam mendeteksi dan menghindari
rintangan-rintangan. Barangkali mereka menggunakan ultrasonik untuk
melakukan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya di laut.
Populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama
makin sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya
tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di
sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan terancam akibat
terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing
dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.
Hampir Punah nya Pesut Mahakam
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) bisa jadi merupakan mamalia air
paling langka di Indonesia. Populasi Pesut Mahakam diperkirakan tidak
lebih dari 70 ekor saja. Pun Pesut Mahakam yang merupakan sub-populasi
Orcaella brevirostris hanya bisa ditemukan di Sungai Mahakam, Kalimantan
Timur saja. Sehingga tidak mengherankan jika kemudian Pesut Mahakam
ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Kalimantan Timur.
Pesut merupakan mamalia air yang unik. Berbeda dengan lumba-lumba dan
ikan paus, pesut (Orcaella brevirostris) hidup di air tawar yang
terdapat di sungai-sungai dan danau yang terdapat di daerah tropis dan
subtropis.
Pesut Mahakam adalah salah satu sub-populasi pesut (Orcaella
brevirostris) selain sub-populasi Sungai Irrawaddi (Myanmar),
sub-populasi Sungai Mekong (Kamboja, Laos, dan Vietnam), sub-populasi
Danau Songkhla (Thailand), dan sub-populasi Malampaya (Filipina). Pesut
yang termasuk salah satu satwa dilindungi di Indonesia ini dalam bahasa
Inggris disebut sebagai Irrawaddy Dolphin atau Dolphin Snubfin.
Ciri-Ciri Pesut Mahakam
Pesut Mahakam dewasa mempunyai panjang tubuh hingga 2,3 meter dengan
berat mencapai 130 kg. Tubuh Pesut berwarna abu-abu atau kelabu sampai
biru tua dengan bagian bawah berwarna lebih pucat.
Bentuk badan pesut hampir mendekati oval dengan sirip punggung mengecil
dan agak ke belakang. Kepala pesut berbentuk bulat dengan mata yang
berukuran kecil. Bagian moncong pendek dan tampak papak dengan lubang
pernafasan. Sirip punggung berukuran kecil terletak di belakang
pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar, tidak ada paruh. Sirip
renangnya relatif pendek dan lebar.
Habitat dan Populasi. Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris sub-populasi
sungai Mahakam) hidup di sungai Mahakam pada daerah sekitar 180 km dari
muara sungai hingga 600 km dari daerah hulu. Lokasi yang diduga didiami
mamalia air tawar ini antara lain Kedang Kepala, Kedang Rantau, Belayan,
Kedang Pahu, dan anak sungai Ratah, serta sebagai danau Semayang dan
Melintang (Kreb 1999, 2004).
Populasi Pesut Mahakam diperkirakan antara 67 hingga 70 ekor (2005).
Ancaman tertinggi kelangkaan populasi Pesut Mahakam diakibatkan oleh
belitan jaring nelayan. Selain itu juga akibat terganggunya habitat baik
oleh lalu-lintas perairan sungai Mahakam maupun tingginya tingkat
pencemaran air, erosi, dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan
di sekitarnya.
Rendahnya populasi ini membuat lumba-lumba air tawar ini menjadi salah
satu binatang paling langka di Indonesia. Sehingga tidak berlebihan jika
kemudian IUCN Redlist menyatakan status konservasi Pesut Mahakam
sebagai Critically Endangered (Kitis) yaitu tingkat keterancaman
tertinggi.
Di Indonesia sendiri, pesut Mahakam di tetapkan sebagai satwa yang
dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pesut Mahakam memang benar-benar unik. Mamalia air yang hidup di air
tawar dengan habitat dan persebarannya yang terpisah-pisah di beberapa
tempat yang salah satunya di Kalimantan, Indonesia. Namun Pesut Mahakam
juga satwa dengan ancaman kepunahan tertinggi dengan populasi yang tidak
lebih dari 70 ekor saja. Anugerah dan keunikan yang hanya akan
disia-siakan oleh bangsa yang bodoh, tentunya.
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Mengenal Pesut Mahakam
Sang Simbol Kota Samarinda
00.54 Ary Iswari 1 comment
Pesut mahakam (Latin:Orcaella brevirostris) adalah sejenis hewan mamalia
yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena
berdasarkan data tahun 2007, populasi hewan tinggal 50 ekor saja dan
menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Secara
taksonomi, pesut mahakam adalah subspesies dari pesut (Irrawaddy
dolphin).
Tidak seperti mamalia air lain yakni lumba-lumba dan ikan paus yang
hidup di laut, pesut mahakam hidup di sungai-sungai daerah tropis.
Populasi satwa langka yang dilindungi undang-undang ini hanya terdapat
pada tiga lokasi di dunia yakni Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan
Sungai Irawady. Namun, diberitakan bahwa pesut di Mekong dan Sungai
Irrawaddy sudah punah.
Pesutini ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi
sekarang pesut menjadi satwa langka. Selain di Sungai Mahakam, pesut
ditemukan pula ratusan kilometer dari lautan, yakni di wilayah Kecamatan
Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat hewan
pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai pula di perairan
Danau Jempang (15.000 ha), Danau Semayang (13.000 ha), dan Danau
Melintang (11.000 ha).
Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua
matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang
berlumpur). Tubuh pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat
dibagian bawah - tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar
di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada
paruh. Sirip dada lebar membundar.
Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu
tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur,
namun pesut merupakan 'pakar' dalam mendeteksi dan menghindari
rintangan-rintangan. Barangkali mereka menggunakan ultrasonik untuk
melakukan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya di laut.
Populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama
makin sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya
tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di
sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan terancam akibat
terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing
dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.
Hampir Punah nya Pesut Mahakam
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) bisa jadi merupakan mamalia air
paling langka di Indonesia. Populasi Pesut Mahakam diperkirakan tidak
lebih dari 70 ekor saja. Pun Pesut Mahakam yang merupakan sub-populasi
Orcaella brevirostris hanya bisa ditemukan di Sungai Mahakam, Kalimantan
Timur saja. Sehingga tidak mengherankan jika kemudian Pesut Mahakam
ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Kalimantan Timur.
Pesut merupakan mamalia air yang unik. Berbeda dengan lumba-lumba dan
ikan paus, pesut (Orcaella brevirostris) hidup di air tawar yang
terdapat di sungai-sungai dan danau yang terdapat di daerah tropis dan
subtropis.
Pesut Mahakam adalah salah satu sub-populasi pesut (Orcaella
brevirostris) selain sub-populasi Sungai Irrawaddi (Myanmar),
sub-populasi Sungai Mekong (Kamboja, Laos, dan Vietnam), sub-populasi
Danau Songkhla (Thailand), dan sub-populasi Malampaya (Filipina). Pesut
yang termasuk salah satu satwa dilindungi di Indonesia ini dalam bahasa
Inggris disebut sebagai Irrawaddy Dolphin atau Dolphin Snubfin.
Ciri-Ciri Pesut Mahakam
Pesut Mahakam dewasa mempunyai panjang tubuh hingga 2,3 meter dengan
berat mencapai 130 kg. Tubuh Pesut berwarna abu-abu atau kelabu sampai
biru tua dengan bagian bawah berwarna lebih pucat.
Bentuk badan pesut hampir mendekati oval dengan sirip punggung mengecil
dan agak ke belakang. Kepala pesut berbentuk bulat dengan mata yang
berukuran kecil. Bagian moncong pendek dan tampak papak dengan lubang
pernafasan. Sirip punggung berukuran kecil terletak di belakang
pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar, tidak ada paruh. Sirip
renangnya relatif pendek dan lebar.
Habitat dan Populasi. Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris sub-populasi
sungai Mahakam) hidup di sungai Mahakam pada daerah sekitar 180 km dari
muara sungai hingga 600 km dari daerah hulu. Lokasi yang diduga didiami
mamalia air tawar ini antara lain Kedang Kepala, Kedang Rantau, Belayan,
Kedang Pahu, dan anak sungai Ratah, serta sebagai danau Semayang dan
Melintang (Kreb 1999, 2004).
Populasi Pesut Mahakam diperkirakan antara 67 hingga 70 ekor (2005).
Ancaman tertinggi kelangkaan populasi Pesut Mahakam diakibatkan oleh
belitan jaring nelayan. Selain itu juga akibat terganggunya habitat baik
oleh lalu-lintas perairan sungai Mahakam maupun tingginya tingkat
pencemaran air, erosi, dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan
di sekitarnya.
Rendahnya populasi ini membuat lumba-lumba air tawar ini menjadi salah
satu binatang paling langka di Indonesia. Sehingga tidak berlebihan jika
kemudian IUCN Redlist menyatakan status konservasi Pesut Mahakam
sebagai Critically Endangered (Kitis) yaitu tingkat keterancaman
tertinggi.
Di Indonesia sendiri, pesut Mahakam di tetapkan sebagai satwa yang
dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pesut Mahakam memang benar-benar unik. Mamalia air yang hidup di air
tawar dengan habitat dan persebarannya yang terpisah-pisah di beberapa
tempat yang salah satunya di Kalimantan, Indonesia. Namun Pesut Mahakam
juga satwa dengan ancaman kepunahan tertinggi dengan populasi yang tidak
lebih dari 70 ekor saja. Anugerah dan keunikan yang hanya akan
disia-siakan oleh bangsa yang bodoh, tentunya.
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Mengenal Pesut Mahakam
Sang Simbol Kota Samarinda
00.54 Ary Iswari 1 comment
Pesut mahakam (Latin:Orcaella brevirostris) adalah sejenis hewan mamalia
yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena
berdasarkan data tahun 2007, populasi hewan tinggal 50 ekor saja dan
menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Secara
taksonomi, pesut mahakam adalah subspesies dari pesut (Irrawaddy
dolphin).
Tidak seperti mamalia air lain yakni lumba-lumba dan ikan paus yang
hidup di laut, pesut mahakam hidup di sungai-sungai daerah tropis.
Populasi satwa langka yang dilindungi undang-undang ini hanya terdapat
pada tiga lokasi di dunia yakni Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan
Sungai Irawady. Namun, diberitakan bahwa pesut di Mekong dan Sungai
Irrawaddy sudah punah.
Pesutini ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi
sekarang pesut menjadi satwa langka. Selain di Sungai Mahakam, pesut
ditemukan pula ratusan kilometer dari lautan, yakni di wilayah Kecamatan
Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat hewan
pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai pula di perairan
Danau Jempang (15.000 ha), Danau Semayang (13.000 ha), dan Danau
Melintang (11.000 ha).
Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua
matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang
berlumpur). Tubuh pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat
dibagian bawah - tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar
di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada
paruh. Sirip dada lebar membundar.
Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu
tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur,
namun pesut merupakan 'pakar' dalam mendeteksi dan menghindari
rintangan-rintangan. Barangkali mereka menggunakan ultrasonik untuk
melakukan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya di laut.
Populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama
makin sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya
tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di
sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan terancam akibat
terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing
dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.
Hampir Punah nya Pesut Mahakam
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) bisa jadi merupakan mamalia air
paling langka di Indonesia. Populasi Pesut Mahakam diperkirakan tidak
lebih dari 70 ekor saja. Pun Pesut Mahakam yang merupakan sub-populasi
Orcaella brevirostris hanya bisa ditemukan di Sungai Mahakam, Kalimantan
Timur saja. Sehingga tidak mengherankan jika kemudian Pesut Mahakam
ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Kalimantan Timur.
Pesut merupakan mamalia air yang unik. Berbeda dengan lumba-lumba dan
ikan paus, pesut (Orcaella brevirostris) hidup di air tawar yang
terdapat di sungai-sungai dan danau yang terdapat di daerah tropis dan
subtropis.
Pesut Mahakam adalah salah satu sub-populasi pesut (Orcaella
brevirostris) selain sub-populasi Sungai Irrawaddi (Myanmar),
sub-populasi Sungai Mekong (Kamboja, Laos, dan Vietnam), sub-populasi
Danau Songkhla (Thailand), dan sub-populasi Malampaya (Filipina). Pesut
yang termasuk salah satu satwa dilindungi di Indonesia ini dalam bahasa
Inggris disebut sebagai Irrawaddy Dolphin atau Dolphin Snubfin.
Ciri-Ciri Pesut Mahakam
Pesut Mahakam dewasa mempunyai panjang tubuh hingga 2,3 meter dengan
berat mencapai 130 kg. Tubuh Pesut berwarna abu-abu atau kelabu sampai
biru tua dengan bagian bawah berwarna lebih pucat.
Bentuk badan pesut hampir mendekati oval dengan sirip punggung mengecil
dan agak ke belakang. Kepala pesut berbentuk bulat dengan mata yang
berukuran kecil. Bagian moncong pendek dan tampak papak dengan lubang
pernafasan. Sirip punggung berukuran kecil terletak di belakang
pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar, tidak ada paruh. Sirip
renangnya relatif pendek dan lebar.
Habitat dan Populasi. Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris sub-populasi
sungai Mahakam) hidup di sungai Mahakam pada daerah sekitar 180 km dari
muara sungai hingga 600 km dari daerah hulu. Lokasi yang diduga didiami
mamalia air tawar ini antara lain Kedang Kepala, Kedang Rantau, Belayan,
Kedang Pahu, dan anak sungai Ratah, serta sebagai danau Semayang dan
Melintang (Kreb 1999, 2004).
Populasi Pesut Mahakam diperkirakan antara 67 hingga 70 ekor (2005).
Ancaman tertinggi kelangkaan populasi Pesut Mahakam diakibatkan oleh
belitan jaring nelayan. Selain itu juga akibat terganggunya habitat baik
oleh lalu-lintas perairan sungai Mahakam maupun tingginya tingkat
pencemaran air, erosi, dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan
di sekitarnya.
Rendahnya populasi ini membuat lumba-lumba air tawar ini menjadi salah
satu binatang paling langka di Indonesia. Sehingga tidak berlebihan jika
kemudian IUCN Redlist menyatakan status konservasi Pesut Mahakam
sebagai Critically Endangered (Kitis) yaitu tingkat keterancaman
tertinggi.
Di Indonesia sendiri, pesut Mahakam di tetapkan sebagai satwa yang
dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pesut Mahakam memang benar-benar unik. Mamalia air yang hidup di air
tawar dengan habitat dan persebarannya yang terpisah-pisah di beberapa
tempat yang salah satunya di Kalimantan, Indonesia. Namun Pesut Mahakam
juga satwa dengan ancaman kepunahan tertinggi dengan populasi yang tidak
lebih dari 70 ekor saja. Anugerah dan keunikan yang hanya akan
disia-siakan oleh bangsa yang bodoh, tentunya.
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Mengenal Pesut Mahakam
Sang Simbol Kota Samarinda
00.54 Ary Iswari 1 comment
Pesut mahakam (Latin:Orcaella brevirostris) adalah sejenis hewan mamalia
yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena
berdasarkan data tahun 2007, populasi hewan tinggal 50 ekor saja dan
menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Secara
taksonomi, pesut mahakam adalah subspesies dari pesut (Irrawaddy
dolphin).
Tidak seperti mamalia air lain yakni lumba-lumba dan ikan paus yang
hidup di laut, pesut mahakam hidup di sungai-sungai daerah tropis.
Populasi satwa langka yang dilindungi undang-undang ini hanya terdapat
pada tiga lokasi di dunia yakni Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan
Sungai Irawady. Namun, diberitakan bahwa pesut di Mekong dan Sungai
Irrawaddy sudah punah.
Pesutini ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi
sekarang pesut menjadi satwa langka. Selain di Sungai Mahakam, pesut
ditemukan pula ratusan kilometer dari lautan, yakni di wilayah Kecamatan
Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat hewan
pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai pula di perairan
Danau Jempang (15.000 ha), Danau Semayang (13.000 ha), dan Danau
Melintang (11.000 ha).
Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua
matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang
berlumpur). Tubuh pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat
dibagian bawah - tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar
di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada
paruh. Sirip dada lebar membundar.
Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu
tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur,
namun pesut merupakan 'pakar' dalam mendeteksi dan menghindari
rintangan-rintangan. Barangkali mereka menggunakan ultrasonik untuk
melakukan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya di laut.
Populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama
makin sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya
tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di
sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan terancam akibat
terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing
dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.
Hampir Punah nya Pesut Mahakam
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) bisa jadi merupakan mamalia air
paling langka di Indonesia. Populasi Pesut Mahakam diperkirakan tidak
lebih dari 70 ekor saja. Pun Pesut Mahakam yang merupakan sub-populasi
Orcaella brevirostris hanya bisa ditemukan di Sungai Mahakam, Kalimantan
Timur saja. Sehingga tidak mengherankan jika kemudian Pesut Mahakam
ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Kalimantan Timur.
Pesut merupakan mamalia air yang unik. Berbeda dengan lumba-lumba dan
ikan paus, pesut (Orcaella brevirostris) hidup di air tawar yang
terdapat di sungai-sungai dan danau yang terdapat di daerah tropis dan
subtropis.
Pesut Mahakam adalah salah satu sub-populasi pesut (Orcaella
brevirostris) selain sub-populasi Sungai Irrawaddi (Myanmar),
sub-populasi Sungai Mekong (Kamboja, Laos, dan Vietnam), sub-populasi
Danau Songkhla (Thailand), dan sub-populasi Malampaya (Filipina). Pesut
yang termasuk salah satu satwa dilindungi di Indonesia ini dalam bahasa
Inggris disebut sebagai Irrawaddy Dolphin atau Dolphin Snubfin.
Ciri-Ciri Pesut Mahakam
Pesut Mahakam dewasa mempunyai panjang tubuh hingga 2,3 meter dengan
berat mencapai 130 kg. Tubuh Pesut berwarna abu-abu atau kelabu sampai
biru tua dengan bagian bawah berwarna lebih pucat.
Bentuk badan pesut hampir mendekati oval dengan sirip punggung mengecil
dan agak ke belakang. Kepala pesut berbentuk bulat dengan mata yang
berukuran kecil. Bagian moncong pendek dan tampak papak dengan lubang
pernafasan. Sirip punggung berukuran kecil terletak di belakang
pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar, tidak ada paruh. Sirip
renangnya relatif pendek dan lebar.
Habitat dan Populasi. Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris sub-populasi
sungai Mahakam) hidup di sungai Mahakam pada daerah sekitar 180 km dari
muara sungai hingga 600 km dari daerah hulu. Lokasi yang diduga didiami
mamalia air tawar ini antara lain Kedang Kepala, Kedang Rantau, Belayan,
Kedang Pahu, dan anak sungai Ratah, serta sebagai danau Semayang dan
Melintang (Kreb 1999, 2004).
Populasi Pesut Mahakam diperkirakan antara 67 hingga 70 ekor (2005).
Ancaman tertinggi kelangkaan populasi Pesut Mahakam diakibatkan oleh
belitan jaring nelayan. Selain itu juga akibat terganggunya habitat baik
oleh lalu-lintas perairan sungai Mahakam maupun tingginya tingkat
pencemaran air, erosi, dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan
di sekitarnya.
Rendahnya populasi ini membuat lumba-lumba air tawar ini menjadi salah
satu binatang paling langka di Indonesia. Sehingga tidak berlebihan jika
kemudian IUCN Redlist menyatakan status konservasi Pesut Mahakam
sebagai Critically Endangered (Kitis) yaitu tingkat keterancaman
tertinggi.
Di Indonesia sendiri, pesut Mahakam di tetapkan sebagai satwa yang
dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pesut Mahakam memang benar-benar unik. Mamalia air yang hidup di air
tawar dengan habitat dan persebarannya yang terpisah-pisah di beberapa
tempat yang salah satunya di Kalimantan, Indonesia. Namun Pesut Mahakam
juga satwa dengan ancaman kepunahan tertinggi dengan populasi yang tidak
lebih dari 70 ekor saja. Anugerah dan keunikan yang hanya akan
disia-siakan oleh bangsa yang bodoh, tentunya.
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Mengenal Pesut Mahakam
Sang Simbol Kota Samarinda
00.54 Ary Iswari 1 comment
Pesut mahakam (Latin:Orcaella brevirostris) adalah sejenis hewan mamalia
yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena
berdasarkan data tahun 2007, populasi hewan tinggal 50 ekor saja dan
menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Secara
taksonomi, pesut mahakam adalah subspesies dari pesut (Irrawaddy
dolphin).
Tidak seperti mamalia air lain yakni lumba-lumba dan ikan paus yang
hidup di laut, pesut mahakam hidup di sungai-sungai daerah tropis.
Populasi satwa langka yang dilindungi undang-undang ini hanya terdapat
pada tiga lokasi di dunia yakni Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan
Sungai Irawady. Namun, diberitakan bahwa pesut di Mekong dan Sungai
Irrawaddy sudah punah.
Pesutini ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi
sekarang pesut menjadi satwa langka. Selain di Sungai Mahakam, pesut
ditemukan pula ratusan kilometer dari lautan, yakni di wilayah Kecamatan
Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat hewan
pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai pula di perairan
Danau Jempang (15.000 ha), Danau Semayang (13.000 ha), dan Danau
Melintang (11.000 ha).
Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua
matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang
berlumpur). Tubuh pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat
dibagian bawah - tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar
di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada
paruh. Sirip dada lebar membundar.
Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu
tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur,
namun pesut merupakan 'pakar' dalam mendeteksi dan menghindari
rintangan-rintangan. Barangkali mereka menggunakan ultrasonik untuk
melakukan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya di laut.
Populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama
makin sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya
tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di
sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan terancam akibat
terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing
dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.
Hampir Punah nya Pesut Mahakam
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) bisa jadi merupakan mamalia air
paling langka di Indonesia. Populasi Pesut Mahakam diperkirakan tidak
lebih dari 70 ekor saja. Pun Pesut Mahakam yang merupakan sub-populasi
Orcaella brevirostris hanya bisa ditemukan di Sungai Mahakam, Kalimantan
Timur saja. Sehingga tidak mengherankan jika kemudian Pesut Mahakam
ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Kalimantan Timur.
Pesut merupakan mamalia air yang unik. Berbeda dengan lumba-lumba dan
ikan paus, pesut (Orcaella brevirostris) hidup di air tawar yang
terdapat di sungai-sungai dan danau yang terdapat di daerah tropis dan
subtropis.
Pesut Mahakam adalah salah satu sub-populasi pesut (Orcaella
brevirostris) selain sub-populasi Sungai Irrawaddi (Myanmar),
sub-populasi Sungai Mekong (Kamboja, Laos, dan Vietnam), sub-populasi
Danau Songkhla (Thailand), dan sub-populasi Malampaya (Filipina). Pesut
yang termasuk salah satu satwa dilindungi di Indonesia ini dalam bahasa
Inggris disebut sebagai Irrawaddy Dolphin atau Dolphin Snubfin.
Ciri-Ciri Pesut Mahakam
Pesut Mahakam dewasa mempunyai panjang tubuh hingga 2,3 meter dengan
berat mencapai 130 kg. Tubuh Pesut berwarna abu-abu atau kelabu sampai
biru tua dengan bagian bawah berwarna lebih pucat.
Bentuk badan pesut hampir mendekati oval dengan sirip punggung mengecil
dan agak ke belakang. Kepala pesut berbentuk bulat dengan mata yang
berukuran kecil. Bagian moncong pendek dan tampak papak dengan lubang
pernafasan. Sirip punggung berukuran kecil terletak di belakang
pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar, tidak ada paruh. Sirip
renangnya relatif pendek dan lebar.
Habitat dan Populasi. Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris sub-populasi
sungai Mahakam) hidup di sungai Mahakam pada daerah sekitar 180 km dari
muara sungai hingga 600 km dari daerah hulu. Lokasi yang diduga didiami
mamalia air tawar ini antara lain Kedang Kepala, Kedang Rantau, Belayan,
Kedang Pahu, dan anak sungai Ratah, serta sebagai danau Semayang dan
Melintang (Kreb 1999, 2004).
Populasi Pesut Mahakam diperkirakan antara 67 hingga 70 ekor (2005).
Ancaman tertinggi kelangkaan populasi Pesut Mahakam diakibatkan oleh
belitan jaring nelayan. Selain itu juga akibat terganggunya habitat baik
oleh lalu-lintas perairan sungai Mahakam maupun tingginya tingkat
pencemaran air, erosi, dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan
di sekitarnya.
Rendahnya populasi ini membuat lumba-lumba air tawar ini menjadi salah
satu binatang paling langka di Indonesia. Sehingga tidak berlebihan jika
kemudian IUCN Redlist menyatakan status konservasi Pesut Mahakam
sebagai Critically Endangered (Kitis) yaitu tingkat keterancaman
tertinggi.
Di Indonesia sendiri, pesut Mahakam di tetapkan sebagai satwa yang
dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pesut Mahakam memang benar-benar unik. Mamalia air yang hidup di air
tawar dengan habitat dan persebarannya yang terpisah-pisah di beberapa
tempat yang salah satunya di Kalimantan, Indonesia. Namun Pesut Mahakam
juga satwa dengan ancaman kepunahan tertinggi dengan populasi yang tidak
lebih dari 70 ekor saja. Anugerah dan keunikan yang hanya akan
disia-siakan oleh bangsa yang bodoh, tentunya.
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Mengenal Pesut Mahakam
Sang Simbol Kota Samarinda
00.54 Ary Iswari 1 comment
Pesut mahakam (Latin:Orcaella brevirostris) adalah sejenis hewan mamalia
yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena
berdasarkan data tahun 2007, populasi hewan tinggal 50 ekor saja dan
menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Secara
taksonomi, pesut mahakam adalah subspesies dari pesut (Irrawaddy
dolphin).
Tidak seperti mamalia air lain yakni lumba-lumba dan ikan paus yang
hidup di laut, pesut mahakam hidup di sungai-sungai daerah tropis.
Populasi satwa langka yang dilindungi undang-undang ini hanya terdapat
pada tiga lokasi di dunia yakni Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan
Sungai Irawady. Namun, diberitakan bahwa pesut di Mekong dan Sungai
Irrawaddy sudah punah.
Pesutini ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi
sekarang pesut menjadi satwa langka. Selain di Sungai Mahakam, pesut
ditemukan pula ratusan kilometer dari lautan, yakni di wilayah Kecamatan
Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat hewan
pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai pula di perairan
Danau Jempang (15.000 ha), Danau Semayang (13.000 ha), dan Danau
Melintang (11.000 ha).
Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua
matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang
berlumpur). Tubuh pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat
dibagian bawah - tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar
di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada
paruh. Sirip dada lebar membundar.
Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu
tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur,
namun pesut merupakan 'pakar' dalam mendeteksi dan menghindari
rintangan-rintangan. Barangkali mereka menggunakan ultrasonik untuk
melakukan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya di laut.
Populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama
makin sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya
tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di
sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan terancam akibat
terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing
dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.
Hampir Punah nya Pesut Mahakam
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) bisa jadi merupakan mamalia air
paling langka di Indonesia. Populasi Pesut Mahakam diperkirakan tidak
lebih dari 70 ekor saja. Pun Pesut Mahakam yang merupakan sub-populasi
Orcaella brevirostris hanya bisa ditemukan di Sungai Mahakam, Kalimantan
Timur saja. Sehingga tidak mengherankan jika kemudian Pesut Mahakam
ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Kalimantan Timur.
Pesut merupakan mamalia air yang unik. Berbeda dengan lumba-lumba dan
ikan paus, pesut (Orcaella brevirostris) hidup di air tawar yang
terdapat di sungai-sungai dan danau yang terdapat di daerah tropis dan
subtropis.
Pesut Mahakam adalah salah satu sub-populasi pesut (Orcaella
brevirostris) selain sub-populasi Sungai Irrawaddi (Myanmar),
sub-populasi Sungai Mekong (Kamboja, Laos, dan Vietnam), sub-populasi
Danau Songkhla (Thailand), dan sub-populasi Malampaya (Filipina). Pesut
yang termasuk salah satu satwa dilindungi di Indonesia ini dalam bahasa
Inggris disebut sebagai Irrawaddy Dolphin atau Dolphin Snubfin.
Ciri-Ciri Pesut Mahakam
Pesut Mahakam dewasa mempunyai panjang tubuh hingga 2,3 meter dengan
berat mencapai 130 kg. Tubuh Pesut berwarna abu-abu atau kelabu sampai
biru tua dengan bagian bawah berwarna lebih pucat.
Bentuk badan pesut hampir mendekati oval dengan sirip punggung mengecil
dan agak ke belakang. Kepala pesut berbentuk bulat dengan mata yang
berukuran kecil. Bagian moncong pendek dan tampak papak dengan lubang
pernafasan. Sirip punggung berukuran kecil terletak di belakang
pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar, tidak ada paruh. Sirip
renangnya relatif pendek dan lebar.
Habitat dan Populasi. Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris sub-populasi
sungai Mahakam) hidup di sungai Mahakam pada daerah sekitar 180 km dari
muara sungai hingga 600 km dari daerah hulu. Lokasi yang diduga didiami
mamalia air tawar ini antara lain Kedang Kepala, Kedang Rantau, Belayan,
Kedang Pahu, dan anak sungai Ratah, serta sebagai danau Semayang dan
Melintang (Kreb 1999, 2004).
Populasi Pesut Mahakam diperkirakan antara 67 hingga 70 ekor (2005).
Ancaman tertinggi kelangkaan populasi Pesut Mahakam diakibatkan oleh
belitan jaring nelayan. Selain itu juga akibat terganggunya habitat baik
oleh lalu-lintas perairan sungai Mahakam maupun tingginya tingkat
pencemaran air, erosi, dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan
di sekitarnya.
Rendahnya populasi ini membuat lumba-lumba air tawar ini menjadi salah
satu binatang paling langka di Indonesia. Sehingga tidak berlebihan jika
kemudian IUCN Redlist menyatakan status konservasi Pesut Mahakam
sebagai Critically Endangered (Kitis) yaitu tingkat keterancaman
tertinggi.
Di Indonesia sendiri, pesut Mahakam di tetapkan sebagai satwa yang
dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pesut Mahakam memang benar-benar unik. Mamalia air yang hidup di air
tawar dengan habitat dan persebarannya yang terpisah-pisah di beberapa
tempat yang salah satunya di Kalimantan, Indonesia. Namun Pesut Mahakam
juga satwa dengan ancaman kepunahan tertinggi dengan populasi yang tidak
lebih dari 70 ekor saja. Anugerah dan keunikan yang hanya akan
disia-siakan oleh bangsa yang bodoh, tentunya.
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Posting Komentar