Awang Hadapi Siluman Buaya hingga Hantu Bunian
Ramadhan S Pernyata, Bikin Lembuswana Saga, Game Rasa Kaltim
Abad 16 silam, Kerajaan Kutai di Kaltim mendapat serangan dari
perompak Sulu asal Filipina. Saat itu Kerajaan Kutai dipimpin Aji Batara
Agung Dewa Sakti. Sang raja mengutus prajurit terbaiknya, Awang, untuk
melawan serangan tersebut dan menemukan kembali Lembuswana.
SEPENGGAL kisah itu merupakan bagian dari misi
permainan digital bernama Lembuswana Saga. Lembuswana yang merupakan
hewan mitologi Kerajaan Kutai, selama ini jadi salah satu simbol Kaltim.
Karakter mitos ini diangkat ke dalam permainan digital untuk
memperkenalkan budaya Kaltim kepada dunia.
Si pembuat game adalah Ramadhan S Pernyata. Dia mahasiswa Strata 2, Institut Teknologi Bandung di Jawa Barat. Memenuhi tugas tesis sebagai kewajiban perkuliahan, Madan –sapaan akrabnya membuat proyek game dengan unsur budaya. Statusnya sebagai orang Kaltim, memacu dirinya mengangkat kisah cerita rakyat dari daerah asalnya.
“Patung Lembuswana di Kaltim memiliki harga puluhan miliar. Saya jadi berpikir jika Lembuswana memiliki hal spesial sehingga saya mengangkatnya dalam game,” ucap dia dalam sesi perkenalan Lembuswana Saga di Perpustakaan Daerah Kaltim.
Selama ini keberadaan permainan digital online maupun offline punya banyak penggemar di Indonesia. Game tersebut mayoritas buatan produsen terkenal asal Jepang hingga Amerika Serikat. Dikhawatirkan budaya modern yang ditawarkan permainan-permainan itu menggeser adat timur Indonesia di mata remaja. “Mengapa game? Game juga bisa jadi sumber informasi,” kata Madan.
Terlepas dari kewajiban tesis tersebut, Madan membawa misi memperkenalkan budaya Tanah Air kepada dunia, termasuk kepada bangsa sendiri. Menjadi keprihatinan ketika patung Lembuswana berdiri gagah dengan lapisan emas di beberapa kawasan di Kaltim, namun penduduk Bumi Etam justru tak tahu asal-muasalnya.
Lembuswana merupakan karakter yang ditonjolkan dalam permainan ini. Sebelum mengangkatnya dalam permainan, Madan terlebih dulu mendalami hewan mitologi dengan kepala gajah, bermahkota, sirip naga, sayap, hingga badan singa. Terdapat kemiripan antara Lembuswana dengan beberapa hewan mitologi dari berbagai daerah. Karakter ini kerap jadi simbol pelindung dan kebesaran bangsa.
Dalam rancangan di Lembuswana Saga, Madan memberi keterangan sejarah terhadap karakter yang diangkatnya dalam permainan tersebut, termasuk Lembuswana. Karakter pahlawan, Madan memberi nama Awang. Pemberian nama tersebut bukan lantaran terinspirasi nama Gubernur Kaltim kini, Awang Faroek Ishak, melainkan makna nama tersebut yang salah satunya menandakan sebagai sosok bangsawan.
Karakter Awang dibuat dengan perawakan kekar, berambut panjang dengan jambang dan alis tebal. Kesan petarung tampak dari tokoh ini. Sang prajurit identik dengan tapung dan ulap doyo sebagai kostum dengan senjata Mandau. Dalam beberapa kesempatan, Awang bisa menjadi pahlawan super setelah berubah dengan kostum baja emas bak karakter animasi dalam film Saint Seiya.
Sementara karakter musuh dalam permainan ini turut diadaptasi dari cerita rakyat di Bumi Etam. Ada Bujang Serinta si siluman buaya hingga hantu Bunian.
Menambah kesan Kaltim dalam game tersebut, Lembuswana Saga menyuguhkan
background seting nuansa hutan dan sungai Kalimantan, berikut beragam
jenis rumah Lamin. Latar belakang tempat tersebut dibuat Madan berdasar
kondisi Kaltim pada abad 18 yang didapati dari beberapa referensi.
Namun demikian, Madan yang memiliki basic graphic designer, memerlukan seorang programmer untuk menjalankan proyek tersebut. Berangkat dari situ, Madan mendapat bantuan seorang teman yang memiliki kemampuan programmer. Secara profesional, seorang programmer bisa mendapat puluhan juta rupiah dalam 30 hari dalam pengerjaan permainan digital. Beruntung status pertemanan itu membuat Madan mendapat diskon menjadi Rp 3,5 juta untuk durasi waktu tersebut. “Saya tak pernah mendapat ilmu multimedia di sekolah. Hanya otodidak,” tuturnya.
Game ini diakui Madan masih kurang. Obsesinya, Lembuswana Saga dibuat seperti game tiga dimensi yang ramai saat ini. Untuk merealisasikan obsesi tersebut, Madan masih memerlukan Rp 300 juta. Duit tersebut termasuk untuk membayar delapan tenaga profesional pembuat permainan digital. Sejauh ini, ia telah menghabiskan Rp 5 juta untuk permainan yang masih versi demo itu.
“Sistem suara dalam permainan ini saya merekam suara sendiri menggunakan handphone. Sebagian saya download sound gratis dari internet,” kisahnya.
Target awal Madan, game buatannya masuk ke pasaran dan mendapat hak cipta. Jika mendapat sponsor, pengembangan game bisa dilakukan seperti menambah level hingga 20 dari 5 level yang dikerjakan sekarang.
Posting Komentar