Kisah Nabi Nuh
Berlalulah beberapa tahun dari kematian Nabi Adam. Banyak hal berubah
di muka bumi. Dan bertepatan dengan fitrah manusia itu sendiri,
terjadilah kealpaan terhadap wasiat Nabi Adam. Kesalahan yang dahulu
kembali berulang. Seperti mana tika Nabi Adam dan Hawa melupakan
ketetapan tuhan untuk menjauhi pohon didalam syurga, seperti itulah
manusia melupakan ajaran ilahi yang dilangsungkan dimuka bumi selepas
turun dari syurga.
Sebelum lahirnya kaum Nabi Nuh, telah hidup lima orang saleh dari
datuk-datuk kaum Nabi Nuh. Mereka hidup selama beberapa zaman kemudian
mereka mati. Nama-nama mereka adalah Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan
Nasr.
"Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu
meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa', yaghuts, ya'uq
dan nasr". ~ Surah Nuh ayat 23"
Setelah kematian mereka, orang-orang membuat patung-patung dari
mereka, dalam rangka menghormati mereka dan sebagai peringatan terhadap
mereka. Kemudian berlalulah waktu, lalu orang-orang yang memahat patung
itu mati. Lalu datanglah anak-anak mereka, kemudian anak-anak itu mati,
dan datanglah cucu- cucu mereka. Kemudian timbullah berbagai dongeng dan
khurafat yang membelenggu akal manusia di mana disebutkan bahawa
patung-patung itu memiliki kekuatan khusus.
Dalam situasi seperti ini, Allah SWT mengutus Nuh a.s untuk membawa
ajaran ilahi kepada kaumnya. Nabi Nuh adalah seorang hamba yang akalnya
tidak terpengaruh oleh keadaan sekeliling, yang menyembah selain Allah
SWT. Allah SWT memilih hamba-Nya Nuh dan mengutusnya di tengah-tengah
kaumnya.
Dakwah Nabi Nuh kepada kaumnya
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali
tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa
(kepada-Nya)?" ~ Surah Al-Mu'minun ayat 23"
Nabi Nuh a.s menjelaskan kepada kaumnya bahawa mustahil terdapat
selain Allah Yang Maha Esa sebagai Pencipta. Ia memberikan pengertian
kepada mereka, bahawa dunia telah lama menipu mereka dan telah tiba
waktunya untuk menghentikan tipuan ini. Nuh menyampaikan kepada mereka,
bahawa Allah SWT telah memuliakan manusia: Dia telah menciptakan mereka,
memberi mereka rezeki, dan menganugerahi akal dan tubuh yang sihat
kepada mereka. Manusia mendengarkan dakwahnya dengan penuh minat. Dakwah
Nabi Nuh cukup menggoncangkan jiwa mereka.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang
diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan
bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas
dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang
memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pengantian malam menjadi siang
dan sebaliknya yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan
adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang
mereka buat dengan tangan mereka sendiri.Di samping itu Nabi Nuh juga
memberitakan kepada mereka bahwa akan ada ganjaran yang akan diterima
oleh manusia atas segala amalannya di dunia iaitu syurga bagi amalan
kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah agama
yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut
dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya,
bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya
kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara
yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan
kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi
pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima hujjah
dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka
membantahnya atau mematahkannya.
Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tenaganya
berdakwah kepada kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan dan
kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang mahupun malam dengan cara
berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka ternyata hanya sedikit
sekali dari kaumnya yang dapat menerima dakwahnya dan mengikuti
ajakannya, yang menurut sementara riwayat tidak melebihi bilangan
seratus orang. Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin
berkedudukan sosial lemah. Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan
tinggi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar
dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh
mengingkari dakwahnya dan sesekali tidak merelakan melepas agamanya dan
kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka
berusaha dengan mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan
menggagalkan usaha dakwah Nabi Nuh.
Berkata mereka kepada Nabi Nuh:
"Bukankah engkau hanya seorang daripada kami dan tidak berbeda
daripada kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan
mengutuskan seorang rasul yang membawa perintah-Nya, nescaya Ia akan
mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan
kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dapat
diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani
orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti
sampah masyarakat.Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak
mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara
buta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau
tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. Cuba agama yang engkau bawa dan ajaran
-ajaran yang engkau sadurkan kepada kami itu betul-betul benar, nescaya
kamilah dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang mengemis
pengikut-pengikutmu itu. kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang
pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan
yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudah
kami menerima ajakanmu dan dakwahmu.Engkau tidak mempunyai kelebihan di
atas kami tentang soa-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup.kami jauh
lebih pandai dan lebih mengetahui daripada mu tentang hal itu
semua.nya.Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahawa
engkau adalah pendusta belaka."
Nuh berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya:
"Adakah engkau mengira bahwa aku dapat memaksa kamu mengikuti
ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan
kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakan ku dan
tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap
mempertahankan pendirianmu yang tersesat yang diilhamkan oleh
kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu
miliki.Aku hanya seorang manusia yang mendapat amanah dan diberi tugas
oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu tetap
berkeras kepala dan tidak mahu kembali ke jalan yang benar dan menerima
agama Allah yang diutuskan-Nya kepada ku maka terserahlah kepada Allah
untuk menentukan hukuman-Nya dan ganjaran-Nya keatas diri kamu. Aku
hanya pesuruh dan rasul-Nya yang diperintahkan untuk menyampaikan
amanah-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah
kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab dan seksaan-Nya di
atas kamu sekalian jika Ia kehendaki.Dialah pula yang berkuasa
menurunkan seksa dan azab-nya di dunia atau menangguhkannya sampai hari
kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa ,Maha
Mengetahui, maha pengasih dan Maha Penyayang.".
Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:
"Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi
sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa,
maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani,
buruh dan hamba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena
kami tidak dapat bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka
mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu
agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dapat menerima satu agama yang
menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar
dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang
miskin dan papa."
Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:
"Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada
pengecualian, yang pandai mahupun yang bodoh, yang kaya mahupun miskin,
majikan ataupun buruh ,diantara penguasa dan rakyat biasa semuanya
mempunyai kedudukan dan tempat yang sama terhadap agama dan hukum Allah.
Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu
menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dapat
ku harapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana
aku sampai hati menjauhkan daripadaku orang-orang yang telah beriman dan
menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala kamu
menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam
tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan
bagaimanakah aku dapat mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku
kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahawa aku telah
membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan sebaliknya semata-mata
untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada pensyaratanmu yang tidak
wajar dan tidak dpt diterima oleh akal dan fikiran yang sihat.
Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran
sihat.
Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran
kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk
melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka: "Wahai Nabi
Nuh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog
serta mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak
akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan
adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau
mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami.
Datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang yang menepati janji dan
kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu
dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap
meragukan dakwahmu."
Nabi Nuh berputus asa dari kaumnya
Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima
puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka
meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah
kepada Allah Yang maha Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang
sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka
hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya,
mengangkat darjat manusia yang tertindas dan lemah ke tingkat yang
sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha menghilangkan
sifat-sifat sombong dan bongkak yang melekat pada para pembesar kaumnya
dan medidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama
manusia. Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak
berhasil menyedarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima
dakwahnya beriman, bertauhid dan beribadat kepada Allah kecuali
sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai seramai seratus orang,
walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan segala daya-usahanya dan
sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi
penghinaan, ejekan dan cercaan makian kaumnya, karena ia mengharapkan
akan datang masanya di mana kaumnya akan sedar diri dan datang mengakui
kebenarannya dan kebenaran dakwahnya. Harapan Nabi Nuh akan kesedaran
kaumnya ternyata makin hari makin berkurangan dan bahawa sinar iman dan
takwa tidak akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat
oleh ajaran dan bisikan Iblis. Hal mana Nabi Nuh berupa berfirman Allah
yang bermaksud:
"Sesungguhnya tidak akan seorang daripada kaumnya mengikutimu dan
beriman kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu,
maka janganlah engkau bersedih hati karena apa yang mereka perbuatkan."
Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh dari
kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada Allah agar
menurunkan Azab-Nya di atas kaumnya yang berkepala batu seraya
berseru:"Ya Allah! Janganlah Engkau biarkan seorang pun daripada
orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan
berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan mereka tinggal
dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang
berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir spt mereka."
Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah dan permohonannya diluluskan dan
tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka
itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam.
Nabi Nuh membuat kapal
Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah
Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan
bahan yang diperlukan untuk maksud tersebut, kemudian dengan mengambil
tempat di luar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan
rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembinaan kapal
yang diperintahkan itu. Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan
masyarakatnya, agar dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi
menyelesaikan pembinaan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan
cemuhan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat kerja membina
kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olok dengan mengatakan: "Wahai
Nuh! Sejak bila engkau telah menjadi tukang kayu dan pembuat
kapal?Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu, kenapa
sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal.Dan kapal yang
engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk
ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan menarik kapalmu
ke laut?"Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan
sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab:"Baiklah tunggu saja saatnya
nanti, jika kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami maka akan
tibalah masanya kelak bagi kami untuk mengejek kamu dan akan kamu
ketahui kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini.Tunggulah saatnya
azab dan hukuman Allah menimpa atas diri kamu."
Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat
pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari
Allah:"Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan
terlihat tanda-tanda daripada-Ku maka segeralah angkut bersamamu di
dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis
makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku." Kemudian
tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan
dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda
seluruh kota dan desa menggenangi daratan yang rendah mahupun yang
tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat
berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang
telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang
diselamatkan oleh Nabi Nuh atas dasar perintah Allah.
Dengan iringan "Bismillahi majraha wa mursaha" belayarlah kapal Nabi
Nuh dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang
kala lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Di kanan kiri kapal
terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang
menggunung berusaha menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia
menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu. Tatkala Nabi
Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat
orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan
air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama
"Kan'aan" timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak
menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman
Allah itu. Pada saat itu, tanpa disadari, timbullah rasa cinta dan kasih
sayang seorang ayah terhadap putera kandungnya yang berada dalam
keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang.
Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak
dengan sekuat suaranya memanggil puteranya:Wahai anakku! Datanglah
kemari dan gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan
berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya
maut yang engkau menjalani hukuman Allah." Kan'aan, putera Nabi Nuh,
yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya
yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan
panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang
menentang:"Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi
berlindung di atas geladak kapalmu aku akan dapat menyelamatkan diriku
sendiri dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh
air bah ini."
Nuh menjawab:"Percayalah bahawa tempat satu-satunya yang dapat
menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Masa
tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah
ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan
keampunan-Nya." Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah
Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan
mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya
dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.
Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam
keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau
berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah:"Ya Tuhanku, sesungguhnya
puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bahagian dari keluargaku
dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar dan Engkaulah Maha Hakim
yang Maha Berkuasa."Kepadanya Allah berfirman:"Wahai Nuh! Sesungguhnya
dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah
menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan
mengikuti jejak orang-orang yang kafir daripada kaummu.Coretlah namanya
dari daftar keluargamu.Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu
mengikuti jalan mu dan beriman kepada-Ku dapat engkau masukkan dan
golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan
perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya.Adapun orang-orang yang
mengingkari risalah mu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa
nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani
hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung.
Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau
belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam
golongan orang-orang yang bodoh."
Nabi Nuh sedar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta
kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan
ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia
sedar bahawa ia tersesat pada saat ia memanggil puteranya untuk
menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri
darah yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta
dan taat kepada Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan
harta-benda. Ia sangat sesalkan kelalaian dan kealpaannya itu dan
menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirahnya dengan berseru:"Ya
Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang terlaknat,
ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuatu yang
aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan
maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, nescaya aku menjadi orang yang
rugi."
Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah
kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah,
surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas
bukit " Judie " dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh:"Turunlah
wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu dengan
selamat dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat
yang menyertaimu."